Opini Salah Satu Siswa Tentang Guru yang Baik | Seperti judul yang saya ketik, disini saya akan memberi beberapa opini tentang, “bagaimana sih guru yang baik itu?”. nah, baik atau tidaknya guru sebenarnya dinilai dari masing masing individu dan setiap individu memiliki penilaian yang berbeda walau terkadang relatif sama.
Setiap guru memiliki karakter yang berbeda. Ada yang pendiam dan disiplin, suka bercanda tetapi tetap fokus, ada juga yang hanya beracanda dan tidak/atau kurang fokus dalam pelajaran dan lain lain. Guru tersebut berbeda cara mengajar bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya menurut saya adalah faktor pelajaran yang di ajarkan dan otak mana yang dia pakai. Misal ia mengajar matematika dimana matematika perlu sekali keseriusan. Jika guru tersebut memakai otak kirinya ia pasti cenderung serius. Tetapi jika di imbangi dengan otak kanan nya, kemungkinan besar guru akan lebih bisa mengontrol emosi dan lebih bijak dalam mengajar.
Hal ini disebabkan karena sebenarnya orang yang cenderung menghitung, dan menggunakan otak kiri cenderung lebih mudah lelah dan capek, dan hal ini dapat meningkatkan emosi dalam tubuh guru tersebut. Tetapi jika ia sudah terbiasa juga menggunakan otak kanannya, kemungkinan besar ia akan lebih santai dalam mengajar walau yang diajarnya pelajaran pelajaran yang perlu akan keseriusan.
Lalu ada juga guru yang membawa masalah-masalah pribadi kedalam suatu pembelajaran. Disinilah letak kehilangan suatu “Profesionalitas” guru. Guru yang membawa masalah pribadi yang negatif pada pembelajaran akan sangat merugikan para siswa. Guru-guru tersebut akan mudah marah, terkadang malah berbuat kasar.
Ehmm.. lalu guru seperti apa yang baik dalam pengajaran?. Sama halnya dengan guru, murid juga punya cara pembelajaran dan penilaian tersendiri. Terkadang yang sering kita jumpai di sekitar kita ketika kita sedang dalam proses pembelajaran, siswa dengan pengertian lebih terhadap suatu materi pelajaran akan enjoy dan menikmati pembelajaran tersebut walau mungkin guru tersebut agak “galak”. Dan begitupun sebaliknya jika murid yang sudah tidak bisa dari awal dan dia di ajar oleh guru yang “galak” tadi maka siswa itu akan lebih susah menerima penjelasan guru, bahkan ia kemungkinan besar akan tidak menghiraukan guru itu berbicara.
Dalam hal ini dibutuhkan suatu pengertian antara kedua pihak. Dan karena kita juga masih butuh ilmu dan banyak sebagian dari kita yang belum bisa, guru-guru “Galak” ini harus di arahkan. Galakdalam pembelajaran disini mempunyai banyak sekali pendefinisian. Diantaranya, galak dalam masalah pendisiplinan.
Galak ini merupakan hal yang memberi keuntungan pada pembelajaran, karena pada saat ada murid yang susah di atur dan ada guru “Galak” tersebut sedang atau akan memberikan materi, secara otomatis murid akan merapikan semua yang menurut guru itu tidak disiplin. Tetapi ada juga guru yang galak tetapi merugikan seperti ini, ketika seorang murid bertanya saat ia lupa akan suatu materi,”Bu, Bagaimana rumus Limit?”. Dan guru pun menjawab,”kemarin kan sudah saya terangkan! Sudah tanya teman-temanmu!”. Disinilah letak kesalahan “Pendidik” dimana sebenarnya itulah yang harus mereka lakukan “Mendidik” bukannya “Mengajar”seperti yang dilakukan oleh dosen yang memang meraka bukan pendidik. Diamana guru tersebut hanya menerangkan tanpa ada pikiran murid-muridnya mengerti atau tidak. Dan hal ini memang sering terjadi.
Seorang pendidik harus memiliki sifat kesabaran yang tinggi, dimana ia akan mengajar secara rinci, baik, dan tidak mengutamakan emosi. Dan memang “Galak”akan di perlukan dalam beberapa kegiatan pengajaran pada bidang pendidikan. diantaranya disaat menjadi pengawas suatu ujian, pengumpulan tugas dan pemberian tugas dan pada saat menerapkan kedisiplinan baik tingkah laku atau pun penampilan atau fisik. Di saat guru menjadi pengawas.
Hendak nya guru itu tidak terlalu sering tersenyum dan terlalu menunjukkan sifat humorisnya. Karena saat ujian kemungkinan besar para siswa akan menganggap seperti ini. Mereka menganggap guru ini baik dan tidak mungkin marah ketika sebagaian dari siswa ramai. Dan alhasil sebagaian siswa ramai dan sebagaian lagi yang memang serius dalam ujian terganggu. Hal ini menyebabkan kemalasan mengerjakan dan belajar dalam ujian baik yang serius dalam belajar maupun tidak. Karena mereka terlalu dimudah kan dalam berkerja sama dan mengganggu siswa yang benar benar serius belajar.
Dalam disiplin, murid yang memang tidak mematuhi tata tertib atau “menyimpang”memang seharusnya di beri “kegalakkan”, agar menimbulkan jerah pada murid. Ketegasan dalam mengatur tugas pun perlu dimiliki, batas waktu dan kualitas tugas yang di berikan harus memiliki porsi yang pas untuk siswa yang di didik. Karena sering kita jumpai beberapa Guru, menunda pengumpulan tugas murid-muridnya ataupun malah tidak menghiraukan tugas-tugas yang dibuat muridnya, entah dikumpulkan atau tidak.
Para siswa akan memiliki pemikiran yang lemah dalam berkerja, tidak ulet dan tidak disiplin. Karena kebanyakan dari siswa akan berfikir,”ada tugas dari guru A, ah guru ini kan ga pernah marah kalo kita ga gumpulin, jadi ya ga usah ngerjain deh”. Akhirnya para siswa enggan mengerjakan tugas dari pendidik ini dan lama kelamaan kemalasan timbul.
Sekarang masalah siswa didik, siswa memiliki karakter-karakter yang berbeda dalam pembelajaran dan seharusnya guru bisa memahami itu. dekat dengan siswa ialah cara mengetahui beberapa karakter dan kondisi siswa.
Kebanyakan guru yang mengerti siswa akan lebih mudah bergaul dengan siswa, dan kebanyakan dari guru yang mudah bergaul tersebut juga akan mudah dalam mengajar karena guru ini akan memiliki percaya diri yang kuat sehingga apa-apa yang diajarkannya akan terasa enak didengar dan kondisi murid pun akan rilex. Tetapi sebagian juga ada yang tidak serius dalam mengajar di karenakan guru tersebut terlalu humoris sehingga pada saat mengajar kurang jelas.
Memang menjadi guru yang baik tidaklah mudah, apalagi melihat kondisi murid nya yang nakal atau kurang bisa mengerti dalam pelajaran. Tapi, hendaknya guru tetap sabar, karena merekalah pendidik siswa, merekalah panutan siswa, merekalah wahana sosialisasi siswa. Murid akan mengerti bila guru juga mengerti, demikian sebaliknya.
Pesan ku untuk guru-guru indonesia. Jadilah guru yang tegas, sabar, disiplin, bijaksana, berpengertian, dan memiliki prinsip juga sebagai “Pendidik”. Guru yang baik ialah guru yang memiliki “Profesionalitas” tinggi. Tidak lemah dalam mengajar, tidak pernah galau menghadapi murid-murid yang agak kurang ajar. Kita murid mu bukan musuh mu, kita haus akan ilmu mu, buku dan pena bersedia menulis perkataan mu. Guru ku, ilmu ku, untuk Indonesiaku.
Demikian catatan saya tentang “Seperti Apakah Guru yang Baik Itu?”.Bila ada salah kata atau kata-kata yang kurang berkenan saya mohon maaf.