Cara Belajar Efektif Berdasarkan Pengalaman | Pernahkah teman-teman mendengar, kata bijak dari ilmuan terdahulu dengan pernyataan:
- Yang saya dengar, saya lupa.
- Yang saya lihat, saya ingat.
- Yang saya kerjakan, saya pahami.
Tiga pernyataan sederhana ini berkaitan dengan belajar yang efektif, namun perlu untuk sedikit modifikasi, sehingga menjadi:
- Yang saya dengar, saya lupa.
- Yang saya dengar dan saya lihat, saya sedikit ingat.
- Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain saya mulai pahami.
- Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan.
- Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
Mengapa saya mesti membuat pernyataan-pernyataan ini? Karena ada sejumlah alas an mengapa sebagian orang cenderung lupa tentang apa yang mereka dengar. Salah satu alas an yang palinng menarik ialah berkaitan dengan kecepatan bicara guru dan tingkat kecepatan pendengaran siswa itu sendiri.
Misalnya seorang guru dengan kecepatan berbicara 100 hingga 200 kata permenit. Tetapi berapa banyak kata yang dapat di tangkap oleh siswa per menitnya? Tentu hal ini bergantung pada cara siswa mendengarkannya. Jika, siswa benar-benar berkonsentrasi, siswa itu akan dapat mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap setengah dari apa yang dikatakan gurunya. Namun, jika mendengarkan dalam waktu berkepanjangan terhadap seorang guru yang berbicara terlau lambat, siswa juga cenderung menjadi jenuh, dan pikiran mereka mengembara entah kemana.
Oleh karena itu, saya lebih suka guru yang memberikan materi dengan pola yang memiliki dimensi auditori dan visual, sehingga pesan yang diberikan akan lebih kuat dengan kolaborasi kedua pola tersebut. Karena belajar tidaklah cukup hanya dengan mendengar atau melihat sesuatu.
Otak kita, ia tidak hanya menerima informasi tapi juga mengolah informasi dengan efektif. Otak kita akan melakukan proses belajar yang lebih baik jika kita membahas informasi dengan orang lain. Otak sering dikaitkan dengan kerja computer. Sebuah computer tentu perlu di “on” kan sebelum digunakan, begitu juga dengan otak. Sebuah computer membutuhkan “software” untuk memproses data dan otak perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui melalui proses berfikir. Ujung-ujungnya, computer tidak dapat mengakses kembali informasi yang diolah jika tidak terlebih dahulu “disimpan”. Otak kita perlu menguji informasi, menelaah, atau menjelaskannya kepada orang lain dan menyimpannya dalam bank ingatannya.
Namun, proses belajar sesungguhnya bukanlah semata-mata kegiatan menghafal. Banyak hal yang kita ingat akan hilang dalam beberapa jam. Mempelajari bukanlah menelan semuanya. Untuk mengingat apa yang telah diajarkan, siswa itu harus memahaminya. Belajar itu juga bukanlah kegiatan sekali tembak. Proses belajar berlangsung secara bergelombang. Belajar perlu pendekatan sebelum memahaminya. So, buat teman-teman yang belajar sehari sebelum ujian dengan memborong semua materi atau lebih dikenal dengan “Sistem Kebut Semalam (SKS),” Insyaflah..
Guru saya pernah mengatakan “mendapatkan nilai yang bagus dalam pendidikan akademis adalah penting.. tapi lebih penting lagi jika kamu bisa memiliki masa depan yang bagus. Karena Masa Depan Sungguh Ada… dan Harapanmu Tidak Akan Hilang…”