Pentingnya Ilmu dan Belajar | Pelajar atau sering disebut pupil dalam bahasa Inggris dan puppilus dalam bahasa Latin adalah suatu pekerjaan dimana seseorang berada dalam tahap dan masa mencari ilmu atau biasa kita sebut menuntut ilmu, yang sudah pasti memiliki kewajiban untuk belajar. Tetapi sebenarnya kalau kita membahas tentang ilmu disini, kita dapat menguraikan secara lebih jauh yaitu ilmu tentang pengetahuan dalam hidup, dimana ilmu yang dimaksud menyangkut pengetahuan umum seperti ilmu pengetahuan alam yang dapat memberikan topik pembelajaran dengan objek kita sendiri sebagai manusia, ilmu tentang agama, ilmu untuk mempermudah pekerjaan dalam hidup, tentang mencari jati diri, tentang bagaimana bersosialisasi dalam masyarakat, sejarah kehidupan manusia, numerik, akuntansi, kimia, dan masih sangat banyak ilmu-ilmu lainnya.
Secara tidak langsung sebenarnya kita telah memulai menentukan posisi kita dalam kehidupan, dari dan sampai manakah masa atau waktu tenggat kita untuk mencari ilmu. Ya, sudah pasti sebenarnya semua manusia yang masih hidup-bergerak, bernafas, beraktifitas, dan sebagainya-di dunia ini termasuk dalam kategori pelajar. Mengapa? Karena kita manusia telah diwajibkan Tuhan untuk menuntut ilmu sejak dalam kandungan sampai akhir hayat kehidupan kita. Tetapi saat ini kita akan membatasi konteks pelajar, yaitu hanya pada anak-anak hingga remaja yang termasuk dalam usia wajib belajar di Negara kita, Indonesia.
Salah satu usia pelajar atau masa dimana kita menjadi pelajar adalah saat menduduki bangku Sekolah Menengah Atas, dan tepat bersamaan ketika kita telah benar-benar menjadi seorang remaja. Remaja yang juga merupakan masa-masa kompetitif dengan teman sebaya, masa mencari jati diri kita, dan kita sedang aktif berkembang, mengharuskan kita untuk belajar, menjadi tangguh untuk memulai kehidupan kita pada masa tersebut dan masa yang akan datang, ditambah lagi kita yang seorang pelajar tentu berkewajiban belajar, yang pada kenyataanya tahap pembelajaran dibangku sekolah biasa disuguhi dengan bertumpuk-tumpuk soal pelajaran, ulangan harian, praktikum, dan sebagainya yang sering kali membuat kita kelelahan bahkan sampai jenuh menghadapinya.
Untuk memulai melakukan hal baik tersebut saja biasanya sudah terbesit kemalasan dalam benak kita, terutama memikirkan konsekuensi kecapaian yang akan kita dapatkan. Padahal banyak sekolah mencantumkan standar kompetensi kelulusan maupun kenaikan kelas yang cukup tinggi yang terpaksa mau ataupun tidak, kita harus belajar untuk mendapatkan nilai yang memuaskan. Tapi sebaiknya kita luruskan terlebih dahulu niat kita dalam bersekolah, dimana sebenarnya kita mencari ilmu dan bukan hanya sekedar mencari nilai. Karena biasanya ketika tidak dibekali dengan keyakinan akan agama yang kuat, para pelajar demi mendapatkan nilai yang mereka inginkan, dapat melenggang jauh yaitu menggunakan cara-cara yang tidak benar untuk sekedar mendapatkan nilai. Padahal kita biasa mendengar bahwa kita bukanlah dinilai berdasarkan hasil yang kita dapatkan, tetapi berdasarkan proses yang kita telah lalui. Kita harus percaya dan yakin bahwa ketika kita telah melakukan proses yang baik dan benar, Tuhan pun akan memberikan balasan yang setimpal dengan apa yang telah kita lakukan, istilahnya akan terjadi timbal balik secara natural.
Tetapi bagaimana proses kita untuk mencapai kebaikan berupa mendapatkan ilmu tersebut? Apakah sudah maksimal atau kah belum? Kita tentu sering mengeluh ketika mendapatkan nilai yang tidak memuaskan, tapi apa kita sudah berkaca dengan usaha atau proses yang telah kita lakukan? Bagaimana kita dapat menghasilkan sesuatu yang memuaskan-dalam hal ini konteksnya adalah nilai-yang ketika belajar saja kita sudah malas dan tidak mau melakukannya? Tentu saja ini cukup ironis. Padahal Tuhan tidak akan mengubah keadaan kita sebelum kita memulai untuk mengubah diri kita sendiri. Kita seharusnya bersyukur karena masih dapat merasakan bangku sekolah dibanding dengan nasib yang telah diberikan Tuhan kepada mereka yang kurang mampu dan tidak dapat mengenyam pendidikan di sekolah. Mereka yang untuk menghidupi diri dan keluarga saja masih kurang dan tidak mencukupi.
Untuk itu kita dapat mengembangkan rasa syukur kita dengan belajar sungguh-sungguh dan membantu sesama manusia yang kurang mampu. Dan sebenarnya perlu diketahui bahwa mereka-mereka yang lebih berilmu akan sangat berbeda dengan yang biasa saja. Sejarah dalam agama Islam, firman pertama yang diturunkan Tuhan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril berbunyi “iqra’ bismirabbikallazi khalaq” yang artinya “Bacalah! Atas nama Tuhanmu yang telah menciptakan”. Disini secara tidak langsung mengandung makna kita disuruh menuntut ilmu dengan mula-mula membacanya, namun tidak sekedar hanya membaca, tetapi juga meneguhkan niat dan ikhlas semata-mata mengharap ridha Tuhan kita. Islam juga menerangkan yaitu jelas di dalam Al-Qur’an Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Firman-Nya dalam surah Al-Mujadilah ayat 11, “. . . niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.” Terbukti dalam hal ini Tuhan akan lebih senang kepada kita yang berilmu daripada yang tidak dan ini juga merupakan pertanda kehidupan dunia kita, bahwa orang yang lebih berilmu cenderung akan dibutuhkan dan juga dicari. Tuhan juga telah menjanjikan kemudahan terhadap orang yang mencari ilmu yang tertuang dalam hadist riwayat at-Turmudzi dari Abi Hurairah bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda barang siapa yang mengambah jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan jalan baginya ke surga.
Dalam agama Budha juga diterangkan dengan perkataan Sang Budha bahwa “Memiliki pengetahuan dan keterampilan, terlatih baik dalam tata susila, ramah tamah dalam ucapan, itulah berkah utama.” Sang Budha mengatakan untuk mempunyai berkah dalam kehidupan ini, salah satunya dengan memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Sudah sangat jelas merujuk kedua contoh agama tersebut bahwa belajar ataupun menuntut ilmu merupakan sesuatu yang wajib bagi seluruh manusia. Hal tersebut dapat menjadi acuan bagi kita untuk mengatasi rasa malas ketika hendak belajar, dapat juga dengan mengingat-ingat seluruh keutamaan belajar dan keutamaan orang yang lebih berilmu. Untuk itu hilangkanlah sifat-sifat malas dalam belajar dan selalu bersemangatlah. Karena sesungguhnya belajar itu akan memberikan manfaat pada diri kita sendiri dan tentu saja kita harus menularkan manfaat tersebut kepada orang lain yang kemudian Tuhan akan senantiasa menambah kepintaran dan memberi pahala kepada kita. Bayangkan, Albert Einstein yang sudah sangat pintar saja berkata, “It’s not that I’m so smart, It’s just that I stay with problem longer yang merupakan bentuk konkret orang akan lebih maju ketika dia berkutat pada masalahnya lebih lama, misalnya berkutat dengan pelajaran.
Ada tulisan yang mengatakan orang yang sangat rugi di hari kiamat ialah orang yang sewaktu di dunia memungkinkan untuk menuntut ilmu lalu dia tidak mau menuntut dan seseorang yang mengajarkan ilmu lalu orang yang diajari mendapatkan manfaat dari ilmunya sedangkan dirinya sendiri tidak melaksanakan. Untuk yang terakhir kali, mari kita hilangkan rasa malas dalam belajar dan bersungguh-sungguh karena masa depan kita tidak akan jauh dari apa yang biasa kita lakukan saat ini.